Oleh: Yohanes Akwan
Foto Papua Sunews. |
Dampak deficit ini sebenarnya negara
harus berkaca bahwa,rakyat sudah tentu akan dibebani menangung
utang negara dari defisit yang
telah disetujui oleh eksekutif dan legislatif bisa dikata naiknya sangat fantastis,sedangkan
perdagangan surat berharga yang di sebut sebagai tex amnesty belum tentu
sepenuhnya membiaya jumlah defisit negara. contohnya; Bila melihat gelagat kebijakan
perekonomian pemerintahan dewasa ini, terjadi peningkatan anggaran belanja
(austerity) tersebut, pastilah merupakan suatu pemenuhan prasyarat atas akan
datangnya utang luar negeri dari kelompok Bank Dunia.
Tujuan mewujutkan kebijakan defisit
pemerintahan jokowi memilih SMI yang merupakan pejabat Bank Dunia,
melalui JK dan Sofyan Wanandi pergi ke
Amerika Serikat (AS) melobby ekonom kanan ini agar mau kembali menjabat Menkeu
di Pemerintahan Jokowi. Langka strategi JK dan Sofyan Wanandi berhasil melobby
SMI untuk menjabat.Upaya tersebut dilakukan agar yang bersangkutan diharapkan menahan dari defisit
yang terlalu besar sehingga harus diadakan utang luar negeri, maka SMI
dan grup Bank Dunia adalah entitas yang paling tepat.
Dari upaya menahan defisit faktanya
negara gagal memberikan dampak manfaat bagi rakyat Indonesia, faktanya anggaran
defisit (Defisit Buged)/kebijakan fiscal ekspansif pemerintah untuk membuat
pengeluaran negara lebih besar tidak memberikan
manfaat kepada stimulus perekonomian negara malah sebaliknya,kebijakan tersebut
sangat membebani APBN negara,dimana anggaran surplus buged dari kebijakan negara
untuk menaikan pendapatan negara tidak tercapai
dan pemerintah sendiri terkesan ( overheakting) untuk menurungkan
tekanan permintaan.
Dilain pihak secara politik,
dapat disimpulkan pemerintah tidak mampu mengelola perekonomian negara dengan
menetapkan kebijakan anggaran yang berimbang artinya, pengeluaran dan pemasukan
harus sama besar, tujuannya untuk menciptakan kepastian anggaran dan disiplin
dalam pengelolaan. Fakta ketidak mampuannya dapat dilihat dari pemasukan Negara
tahun 2016 (Data kementrian keuangan) 30 September 2016, realisasi pendapatan
negara mencapai Rp1081,2 triliun atau 60,5 persen dari target dalam APBN-P 2016
yang sebesar Rp1.786 triliun. Dari jumlah tersebut, realisasi Penerimaan
Perpajakan tercatat sebesar Rp896,1 triliun, atau 58,2 persen dari target
APBN-P 2016 yang sebesar Rp1.539,2 triliun, yang belum dikoreksi dengan adanya
potensi shortfall Rp219 triliun.
“Capaian pajak penghasilan
(PPh) non migas mengalami peningkatan dari Rp357,8 triliun menjadi Rp476,5
triliun. Itu suatu peningkatan yang cukup besar, terutama berasal dari tax amnesty,”.
Sementara itu, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp183,8
triliun atau 75 persen dari target APBN-P 2016 yang sebesar Rp245 triliun dan
tidak cukup untuk mengembalikan utang luar negeri.
Merujuk pada perekonomian negara saat
ini maka, negara harusnya membuat Kebijakan fiskal untuk mengarahkan ekonomi negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah agar rakyat tidak
terbebani dengan adanya laju inflasi dan segera mengeluarkan kebijakan
moneter, bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Kegagalan
Negara menyebabkan terjadinya kegaduhan politik disegala dimensi dan rakyat
kecil menjadi korban kegaduhan tersebut akibatnya,rakyat menanggung beban negara
melalui BPJS,BBM naik,Harga bahan pokok melambung tinggi dan tingkat
penganguran semakin tinggi.
Dengan demikian negara melalui
aparatur pemerintahan harus segera
mengontrol kebijakan perekonomian negara sehingga rakyat tidak terbebani utang
31, 6 Triliun setiap 6 bulan dengan cara tidak harus berbelanja terlalu over
dan mengurangi pembelanjaan sector aparatur saat ini yang dinilai sangat
memboros anggaran negara seperti;
· Pertama,
negara sudah harus memikirkan cara untuk menarik pajak dari bisnis-bisnis oknum-oknum
TNI di Papua, karena usaha mereka yang menghasilkan milyaran rupiah itu ada hak
Negara dan Rakyat.
·
Kedua,Aparatur
negara dibayar mahal tetapi kerja tidak produktif, misalkan banyak PNS yang
masuk kantor jam 9 (Sembilan) pagi,
kerja 2 (Dua) jam sisanya main gem sampai jam pulang.
·
Ketiga,
TNI sudah harus tunduk di bahwa rakyat, Anggota TNI yang saat ini berada diluar harus segera ditarik kembali kemarkas
komando. dan berlakukan sistem kontrak untuk merekruk pasukan apabilah negara dalam
keadaan darurat.
· Keempat seluruh uang yang beredar diluar
perbangkan segera ditarik karena ada hak negara dan rakyat yang diselundupkan.
· Kelima,
Birokrasi harus profesional bebas dari korupsi,kolusi dan nepotisme sehingga
tidak membuat rakyat di rugikan untuk harus menanggung beban nagara melalui
pinjaman utang luar negeri.
· ke
enam,negara sudah harus berpikir menaikan upah buruh dan kesehjatraan petani diperhatikan
sehingga tercipta iklim usaha yang sehat.(Anes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar