Mama Pedagan Pasar Di Nabire Papua |
Kata Agustinus Kabuaya, konteksnya masih sama
dengan hari ini dimasa otsus. Ukuran ekonomi kita masih bertumpu pada
investasi. Pendapatan dari viskal adalah andalan daerah. Nah apa yang terjadi jika investor menarik modal mereka keluar dari Papua (fligth money) ? Pastilah colaps ambruk.
Lanjut kata Agus, Kita masih mengandalkan natural resources (SDA). Apa jadinya jika
lingkungan di rusak, perut bumi terus di gali. Sampai kini energi
terbarukan masih belum menemukan bentuk. Kalaupun ada putra asli daerah
yang punya inovasi baru pemerintah tidak serius mendukung. Harus
meyakinkan mereka bersusah payah. Sama seperti apa yang dilakulan Jonatan Numberi tentang Energi dari sagu.BUMD kita belum menunjukan eksistensi. Dalam pengelolaan holding
company terjadi korupsi yang melibatkan korupsi DPRPB satu paket.
Masih kata dia,Apa yang di kampanyekan kk Max Binur, Arkilaus Baho, John Jose, Pietsau Amafnini tentang bagaimana mengelola SDA kita berbasis masyarakat seperti pala, minyak dari masohi, sere merah, jarak dan lain adalah pikiran yang maju bahkan akan hidup 50 Tahun mendatang.
Agus sapaan akrapnya berpendapat, Mengapa politisi kita tidak melihat ini sebagai sebagai ebrio gerakan ekonomi politik Papua...? Bengkel Budaya Papua, Richarth Charles
mendorong budaya sebagai landasan hidup moral disatu sisi sebagai
embrio industri seni kukis, tari dan lain sebagainya. Tinggal bagaimana
caranya mendorongnya sehingga seperti industri perfiliman India yang
mendominasi industri perfiliman dan seni kita.
Atau gerakan
rakyat untuk mengelola Emas Degeuwo, sebagai bentuk kemandirian dan
kesanggupan rakyat. Pitsau yang terus terbang seperti kupu-kupu yang
kesana kemari dengan Jasoilnya. Melakukan eksperimen minyak sere merah,
masohi dll.
Dengan demikian kata Agus mengatakan, Orang-orang ini hidup dimasa sekarang tetapi
berpikir melampaui BAPPENAS, yang coba menerjemahakan bagaimana eksis di
2020 nanti. Dunia kini merumuskan krisis yan akan di hadapi nanti yaitu
food security and energy security. Mereka masih berpikir isu, aktivis
lingkungan Papua ini sudah berpikir aksi, sayangnya mereka tidak
didukung baik.
AGus Berharap, ada politisi kita yang berpikir
melakukn apa yang di lakukan Mao Zedong tentang strategi lompatan jauh
ke depan yang kemudian di ikuti oleh Deng xhaoping.Semoga bisa ada konsorsium oleh apra aktivis. Papua harus dikendalikan oleh para aktivis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar